Review video youtube
Mcdonald’a Odd Jobs
MAKALAH
Diajukan guna memenuhi tugas
dalam mata kuliah Orientalisme Dalam Hukum
Islam
Disusun
oleh:
DINA AULIA
NIM: 11360003/
PMH-A
Dosen:
Ro’fah, MA., Ph. D
PERBANDINGAN
MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS
SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
TUGAS II
REVIEW
VIDEO YOUTUBE
Persepsei
Barat terhadap Timur atau Relasi antara Barat dan Timur
Data
Judul : Mcdonald’a Odd Jobs
Tema : Iklan Media
Cerita klasik dari abad XIX, menorehkan catatan penting
akan peradaban manusia. Timur mengalami “orientalisasi”[1] sebagai bentuk adanya
reaksi terhadap pergesekan budaya bagi dunia Barat dan Timur. Pada awalnya, istilah “orientalisme” itu
sendiri muncul dan merujuk pada karya-karya artis Eropa yang eksotis di bidang
sastra dan seni. Karya tersebut merupakan apresiasi seni mereka terhadap budaya
kehidupan orang – orang Timur yang di capture ke dalam kanvas putih. Paradigma
ini menjadikan Timur sebagai objek dalam perluasan wawasan orang – orang Barat
pada saat itu. Mempercepat waktu, menengok masa – masa selanjutnya menjadikan
cerita berevolusi dan ambigu. Penekanan orang – orang Barat saja dan orang –
orang Timur saja sangatlah sukar untuk dipertahankan. Perkembangan dari ilmu
orientalisme menjadikan orang – orang Timur sendiri yang sukarelawan untuk
dimasukkan ke dalam golongan orientalist, seperti sarjana – sarjana Turki dan
Filipina[2]. Hal ini tentulah akan
memperluas wilayah kajian ilmu orientalisme sehingga tak menutup kemungkinan
adanya paradigma – paradigma baru (baik positif maupun negatif) terhadap
‘persepsi’ dan ‘relasi’ antara dunia Timur dan dunia Barat.
Jika kita persempit, istilah ‘orientalisme’ saat ini
lebih merujuk pada budaya dan agama. Ketika bicara ‘agama’, begitu banyak
kontradiksi yang terbangun untuk membuat pembatas yang jelas akan perbedaan
budaya yang ada. Sebut saja Islam. Para pemikir dari Barat tak segan
mengeluarkan argumen mereka terhadap Budaya yang terdapat dalam Agama Islam. Statement
mereka tidak lepas dari tujuan yang ada, baik yang terlihat jelas maupun
tersembunyi, dan tak menutup kemungkinan, baik positif maupun negatif bagi
orang – orang Timur. Sehingga dapat dikatakan bahwa selain penelitian terhadap
masalah ketimuran, mereka juga berusaha memalingkan paradigma orang – orang
Timur terhadap Kebudayaan Timurnya, dengan berbagai cara, seperti media massa.
Dalam video yang tersaji, dapat dilihat adanya relasi dan
persepsi orang – orang Barat terhadap Timur. Pertama terkait relasi, kita telah
mengetahui bahwa Timur (khususnya Indonesia) memiliki hubungan yang nyata
sebagai daerah yang pernah dijajah oleh bangsa Eropa (Barat). Selain itu,
adanya penyebaran wilayah pemasaran masih merupakan sasaran empuk untuk
meningkatkan kualitas perekonomian mereka. Kata “masih” di atas menekankan akan
adanya lanjutan peristiwa yang masih terjadi di zaman sekarang. Produk asal
negara Eropa tersebut dikemas secara rupa agar dapat ‘menarik’ perhatian para
konsumtif. Sudah menjadi rahasia publik bahwa Indonesia (Timur) merupakan
negara konsumen dengan kurva tinggi. Kedua, terkait persepsi orang – orang
Barat terhadap Timur (Indonesia) sangatlah terlihat jelas dalam iklan ini.
Secara emplisit mereka berkata bahwa “memang benar” budaya orang – orang
Indonesia sangatlah konsumtif. Hal tersebut diperkuat oleh adegan yang dilakoni
seorang bocah laki – laki yang dapat melakukan apa saja demi mendapatkan
segenggam uang untuk membeli produk. Hal positif memang tidak akan pernah tidak
ada, namun jika dilihat hal ini tidaklah dapat dikatakan sepenuhnya benar. Secara
tidak sengaja, ini akan mengajarkan pada anak – anak terhadap sesuatu yang
tidak perlu terlalu diperjuangkan sepenuhnya (sangatlah konsumtif). Selain itu,
paradigma terhadapat peran seorang ayah (atau laki – laki mapan) dalam hal ini
terlihat pula. Dalam adengan di detik ke 32, seorang ayah telah memanfaatkan
waktu liburnya dengan bersantai sambil diberi reflexi oleh bocah. Adegan
bersantai tersebut (menurut saya) sangatlah berlebihan, karena berkaca dari
pandangan orang luar bahwa tingkat semangat kerja penduduk Indonesia ialah
rata-rata.
Pada masa sekarang ini, media elektronik bukanlah hal
ajaib lagi. Pasalnya, media elektronik saat ini selalu ada di sekitar kita.
Tidak mengherankan jika penyebaran pengaruh budaya asing sangat cepat merambat
dan tersebar di pola kehidupan kita, dan dapat menggeserkan budaya setempat. Entah
bagaimana, dalam adegan ketiga, detik 00.42, ketika seorang bocah menuruni anak
tangga, saya merasa adanya penyisipan introduction to culture terhadap budaya
bangunan Barat berupa model tangga yang melingkar. Dan sebagainya. Model –
model iklan saat ini sangat banyak mengadopsi budaya Barat, yang tanpa sadar
akan berpengaruh pada pola fikir masyarakat Timur sehingga dapat merevolusi
budaya masyarakat setempat. Seperti halnya jika kita rekapitulasi video
tersebut. Untuk produknya tersendiri merupakan bukan produksi makanan kita
sendiri. Selain itu, pesan “siap saji” dari iklan tersebut menambah kesan bahwa
bangsa Timur sangat cenderung ‘terbuka’ terhadap hal – hal yang lebih praktis. Mereka
akan melakukan apa saja demi mendapatkan kemudahan dalam beraktifitas, baik itu
positif maupun negatif. Padahal, jika kita mengaitkan iklan ini dengan iklan
yang lain dan realita, ketika makanan ini dapat dikonsumsi sambil beraktifitas,
bukanlah budaya kita banget, ditambah lagi makan sambil berdiri, di dalam agama
sendiri sangat menganjurkan sopan santun dan tata cara makan yang benar.
Begitu banyak hal – hal yang
emplisit yang terdapat dalam sebuah iklan. Pesan – pesan yang mereka tekankan,
kadang tak sesuai realita. Oleh karena itu, diharapkan kepada masyarakat
Indonesia agar lebih kritis dalam menyikapi apa yang tersaji dari sebuah iklan.
Kita perlu memilah apa yang pantas buat pola budaya dan kehidupan kita untuk
konsumsi.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasanain, Abdul Mu'nim Muhammad. Islam dan Orientalisme. http://www.akhirzaman.info/yahudi/yahudi-dan-islam/2085-islam-dan-orientalisme.html, diunduh
pada tanggal 6 Oktober 2012
Said, Edward W. 2010. Orientalisme : Menggugat
Hegemoni Barat dan Menundukkan Timur Sebagai Subjek. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Umar, A. Muin. 1978. Orientalisme dan Studi Tentang
Islam. Jakarta : Bulan Bintang
0 komentar:
Posting Komentar