Positif Thinking

Justitia Rueat Colouem : Hukum tetap harus di tegakkan Meski langit akan Runtuh

Sabtu, 19 April 2014

Tugas Orientaliasme dalam Hukum islam


Review video youtube
Mcdonald’a Odd Jobs

logo uin

MAKALAH
Diajukan guna memenuhi tugas
dalam mata kuliah Orientalisme Dalam Hukum Islam

Disusun oleh:
DINA AULIA
NIM: 11360003/ PMH-A

Dosen:
Ro’fah, MA., Ph. D

PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012


TUGAS  II
REVIEW VIDEO YOUTUBE
Persepsei Barat terhadap Timur atau Relasi antara Barat dan Timur

Data
Judul   : Mcdonald’a Odd Jobs
Tema   : Iklan Media

            Cerita klasik dari abad XIX, menorehkan catatan penting akan peradaban manusia. Timur mengalami “orientalisasi”[1] sebagai bentuk adanya reaksi terhadap pergesekan budaya bagi dunia Barat dan Timur.  Pada awalnya, istilah “orientalisme” itu sendiri muncul dan merujuk pada karya-karya artis Eropa yang eksotis di bidang sastra dan seni. Karya tersebut merupakan apresiasi seni mereka terhadap budaya kehidupan orang – orang Timur yang di capture ke dalam kanvas putih. Paradigma ini menjadikan Timur sebagai objek dalam perluasan wawasan orang – orang Barat pada saat itu. Mempercepat waktu, menengok masa – masa selanjutnya menjadikan cerita berevolusi dan ambigu. Penekanan orang – orang Barat saja dan orang – orang Timur saja sangatlah sukar untuk dipertahankan. Perkembangan dari ilmu orientalisme menjadikan orang – orang Timur sendiri yang sukarelawan untuk dimasukkan ke dalam golongan orientalist, seperti sarjana – sarjana Turki dan Filipina[2]. Hal ini tentulah akan memperluas wilayah kajian ilmu orientalisme sehingga tak menutup kemungkinan adanya paradigma – paradigma baru (baik positif maupun negatif) terhadap ‘persepsi’ dan ‘relasi’ antara dunia Timur dan dunia Barat.    

            Jika kita persempit, istilah ‘orientalisme’ saat ini lebih merujuk pada budaya dan agama. Ketika bicara ‘agama’, begitu banyak kontradiksi yang terbangun untuk membuat pembatas yang jelas akan perbedaan budaya yang ada. Sebut saja Islam. Para pemikir dari Barat tak segan mengeluarkan argumen mereka terhadap Budaya yang terdapat dalam Agama Islam. Statement mereka tidak lepas dari tujuan yang ada, baik yang terlihat jelas maupun tersembunyi, dan tak menutup kemungkinan, baik positif maupun negatif bagi orang – orang Timur. Sehingga dapat dikatakan bahwa selain penelitian terhadap masalah ketimuran, mereka juga berusaha memalingkan paradigma orang – orang Timur terhadap Kebudayaan Timurnya, dengan berbagai cara, seperti media massa.

            Dalam video yang tersaji, dapat dilihat adanya relasi dan persepsi orang – orang Barat terhadap Timur. Pertama terkait relasi, kita telah mengetahui bahwa Timur (khususnya Indonesia) memiliki hubungan yang nyata sebagai daerah yang pernah dijajah oleh bangsa Eropa (Barat). Selain itu, adanya penyebaran wilayah pemasaran masih merupakan sasaran empuk untuk meningkatkan kualitas perekonomian mereka. Kata “masih” di atas menekankan akan adanya lanjutan peristiwa yang masih terjadi di zaman sekarang. Produk asal negara Eropa tersebut dikemas secara rupa agar dapat ‘menarik’ perhatian para konsumtif. Sudah menjadi rahasia publik bahwa Indonesia (Timur) merupakan negara konsumen dengan kurva tinggi. Kedua, terkait persepsi orang – orang Barat terhadap Timur (Indonesia) sangatlah terlihat jelas dalam iklan ini. Secara emplisit mereka berkata bahwa “memang benar” budaya orang – orang Indonesia sangatlah konsumtif. Hal tersebut diperkuat oleh adegan yang dilakoni seorang bocah laki – laki yang dapat melakukan apa saja demi mendapatkan segenggam uang untuk membeli produk. Hal positif memang tidak akan pernah tidak ada, namun jika dilihat hal ini tidaklah dapat dikatakan sepenuhnya benar. Secara tidak sengaja, ini akan mengajarkan pada anak – anak terhadap sesuatu yang tidak perlu terlalu diperjuangkan sepenuhnya (sangatlah konsumtif). Selain itu, paradigma terhadapat peran seorang ayah (atau laki – laki mapan) dalam hal ini terlihat pula. Dalam adengan di detik ke 32, seorang ayah telah memanfaatkan waktu liburnya dengan bersantai sambil diberi reflexi oleh bocah. Adegan bersantai tersebut (menurut saya) sangatlah berlebihan, karena berkaca dari pandangan orang luar bahwa tingkat semangat kerja penduduk Indonesia ialah rata-rata.

            Pada masa sekarang ini, media elektronik bukanlah hal ajaib lagi. Pasalnya, media elektronik saat ini selalu ada di sekitar kita. Tidak mengherankan jika penyebaran pengaruh budaya asing sangat cepat merambat dan tersebar di pola kehidupan kita, dan dapat menggeserkan budaya setempat. Entah bagaimana, dalam adegan ketiga, detik 00.42, ketika seorang bocah menuruni anak tangga, saya merasa adanya penyisipan introduction to culture terhadap budaya bangunan Barat berupa model tangga yang melingkar. Dan sebagainya. Model – model iklan saat ini sangat banyak mengadopsi budaya Barat, yang tanpa sadar akan berpengaruh pada pola fikir masyarakat Timur sehingga dapat merevolusi budaya masyarakat setempat. Seperti halnya jika kita rekapitulasi video tersebut. Untuk produknya tersendiri merupakan bukan produksi makanan kita sendiri. Selain itu, pesan “siap saji” dari iklan tersebut menambah kesan bahwa bangsa Timur sangat cenderung ‘terbuka’ terhadap hal – hal yang lebih praktis. Mereka akan melakukan apa saja demi mendapatkan kemudahan dalam beraktifitas, baik itu positif maupun negatif. Padahal, jika kita mengaitkan iklan ini dengan iklan yang lain dan realita, ketika makanan ini dapat dikonsumsi sambil beraktifitas, bukanlah budaya kita banget, ditambah lagi makan sambil berdiri, di dalam agama sendiri sangat menganjurkan sopan santun dan tata cara makan yang benar.       

            Begitu banyak hal – hal yang emplisit yang terdapat dalam sebuah iklan. Pesan – pesan yang mereka tekankan, kadang tak sesuai realita. Oleh karena itu, diharapkan kepada masyarakat Indonesia agar lebih kritis dalam menyikapi apa yang tersaji dari sebuah iklan. Kita perlu memilah apa yang pantas buat pola budaya dan kehidupan kita untuk konsumsi.  




DAFTAR PUSTAKA

Hasanain, Abdul Mu'nim Muhammad. Islam dan Orientalisme. http://www.akhirzaman.info/yahudi/yahudi-dan-islam/2085-islam-dan-orientalisme.html, diunduh pada tanggal 6 Oktober 2012
Said, Edward W. 2010. Orientalisme : Menggugat Hegemoni Barat dan Menundukkan Timur Sebagai Subjek. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Umar, A. Muin. 1978. Orientalisme dan Studi Tentang Islam. Jakarta : Bulan Bintang



[1] Edward W. Said,  Orientalisme : Menggugat Hegemoni Barat dan Menundukkan Timur Sebagai Subjek, cet. ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),  hlm. 7
[2] A. Muin Umar,  Orientalisme dan Studi Tentang Islam  , cet. ke-1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),  hlm. 8

0 komentar:

Posting Komentar